Minggu, 16 Januari 2011
Pukul enam pagi aku terbangun. Semuanya masih tidur. Semalam ibuku menelepon, dan aku sudah memberinya kabar bahwa aku menginap di Bandung. Air terasa sangat dingin membasuh tubuhku. Shalat subuh. Tak lama yang lain juga terbangun, mandi pagi dan mengikuti jadwal yang telah ditentukan.
Pukul enam pagi aku terbangun. Semuanya masih tidur. Semalam ibuku menelepon, dan aku sudah memberinya kabar bahwa aku menginap di Bandung. Air terasa sangat dingin membasuh tubuhku. Shalat subuh. Tak lama yang lain juga terbangun, mandi pagi dan mengikuti jadwal yang telah ditentukan.
Kami berangkat mengitari kota Bandung. Tujuan pertama adalah pasar Gedebage. Tempatnya tidak jauh dari tempat kami menginap. Kurang dari setengah jam kami sudah sampai di sana. Kata Firdan pasar yang dahulu sudah diganti dengan bangunan yang baru. Struktur bangunan dan rangka atapnya dari baja. Cukup luas. Barang-barang yang diperjual-belikan beragam. Mulai dari tas, pakaian, sepatu, jaket kulit, sampai jas juga ada. Setelah memilih-milih akhirnya aku membeli sweater seharga 25 ribu. Sebenarnya masih bisa kurang, tapi karena aku tidak tega, jadi aku hanya berani menawar sebesar itu. Lalu karena aku yang pertama membeli, jadi harga sweaterku dijadikan patokan oleh penjualnya.
Puas berbelanja kami pun segera berangkat kembali. Jalan Braga, tujuan kami selanjutnya. Minggu pagi jalanan kota Bandung ramai dengan orang-orang yang berolahraga, baik lari pagi di lapangan Gasibu maupun bersepeda. Sesi foto-foto pemandangan tak ketinggalan. Sayang, lagi-lagi aku harus fokus mengemudi. Setelah berputar-putar akhirnya kami sampai di jalan Braga. Tapi tempat yang aku cari, yang sering disorot di tv tidak terlihat. Akhirnya kami memutuskan untuk memarkir di dekat jalan Asia-Afrika.
Gedung-gedung di sekitar jalan Asia-Afrika adalah gedung tua dan bersejarah. Bangunan-bangunannya ditopang dengan kolom-kolom beton yang tampak kokoh. Pintu dan jendela bergaya Belanda, sebenarnya memang secara keseluruhan bergaya Belanda, tapi hanya dengan melihat pintu dan jendelanya pun kita sudah bisa menebaknya, seperti bentuk jendela di SMA 1 Bogor. Di sekitar gedung Asia-Afrika berdiri tiang-tiang bendera, yang digunakan pada saat konferensi Asia-Afrika atau mungkin acara-acara kenegaraan lain.
Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 11 siang, kami kembali ke mobil untuk pulang ke base-camp kami, kontrakan. Perjalanan menuju Depok sekitar dua jam. Kami berhenti di tempat peristirahatan untuk mengisi bahan bakar dan sholat dzuhur. Engkong dan Wawan membeli peuyeum untuk oleh-oleh orang di rumah. Perjalanan lancar, semua orang tertidur, kecuali aku dan Firdan yang duduk di depan. Jalan tol yang lurus membuatku sedikit mengantuk. Di sekitar Bekasi aku ditanya Payung, membuatku sedikit tersentak, membuatku tidak mengantuk lagi.
Kami salah jalan ketila di pintu tol Cikunir 2. Seharusnya kami ke arah lingkar luar, tetapi semua sedang tertidur kecuali Firdan. Akhirnya kami keluar di Pondok Gede dan masuk tol kembalo ke arah Depok. Badan kami pegal-pegal semua. Setelah beberapa jam istirahat kami pulang ke rumah masing-masing setelah sebelumnya mencuci mobil di cuci steam.
***
Selama tiga hari kami jalan-jalan uang yang dihabiskan sekitar 200-250 ribu, mencakup semuanya, mulai dari premium, penginapan, makan, jajan, belanja, dll. Perjalanan tiga hari ini sangat berkesan bagiku, lebih berkesan dari Studek yang diadakan kampus. Semoga nanti kita masih ada kesempatan untuk jalan-jalan kembali, ke tempat-tempat yang indah. amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar